Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Kesalahan Dalam Pengolahan Kopi

 
 
Kesalahan dalam proses pengolahan kopi dapat mengakibatkan cacat. Dalam proses pengolahan secara basah, proses pengolahan kopi terdiri atas tahap-tahap sortasi buah, pengupasan buah (pulping), fermentasi, pencucian, pengeringan, pengupasan kulit dan sortasi biji.

Cacat pada kopi biji yang disebabkan oleh kesalahan pada berbagai tahap pengolahan basah adalah: biji pecah atau luka-luka, tutul-tutul cokelat-hitam, tutul-tutul putih, warna ros, mengandung kulit ari, warna marmer, warna pucat, warna kekuningan, warna abu-abu kusam serta warna kebiruan,
Biji pecah atau luka-luka: Jika terdapat tutul-tutul berwarna cokelat hingga hitam pada biji yang pecah atau luka-luka maka pecahnya biji disebabkan oleh pulper atau wasser (pencuci) yang penyetelannya terlalu rapat. Sebaliknya bila tidak terdapat tutul-tutul berwarna cokelat hingga hitam, maka pecahnya disebabkan oleh huller yang penyetelannya terlalu keras. Selain itu biji pecah juga dapat disebabkan karena kopi langsung dimasukkan ke dalam huller segera setelah kekuar dari penggorengan.

Tutul-tutul cokelat-hitam: Biji tutul-tutul cokelat hitam ini disebabkan karena biji pecah atau luka-luka oleh pulper atau huller atau wasser.
Tutul-tutul putih: Biji tutul-tutul putih dapat disebabkan karena biji yang pecah terlalu lama didiamkan (tidak dikeringkan pada waktunya) maka permukaan dari luka-luka tersebut akan tumbuh cendawan yang berwarna putih.
Warna ros: Pulping dan pencucian yang kurang bersih dapat mengakibatkan banyak sisa-sisa kulit buah yang tercampur dengan kopi, sehingga sesudah keluar dari huller, kopi akan berwarna ros (merah jambu). Bila kopi banyak berkulit ari maka warna akan semakin menyolok. Biji ros ini nampak seperti gosong, namun warna ini dapat dihilangkan dengan mencuci bii-bji tersebut karena lapisan warna tersebut hanya menempel pada permukaan biji.
Mengandung kulit ari: Kopi yang dikeringkan perlahan-lahan pada temperatur yang rendah akan menyebabkan kulit arinya lengket dan sukar dilepaskan oleh huller. Oleh karena itu maka kopi yang dikeringkan dengan sinar matahari pada umumnya banyak mengandung kulit ari (silver skin). Kopi yang dikeringkan pada temperatur tinggi masih dapat juga berkulit ari apabila ventilasinya kurang cukup serta walikannya kurang baik (jika dikeringkan dalam "rumah pengering Vis""). Hal ini disebabkan karena proses pengeringan berjalan perlahan-lahan walaupun temperatur udara tinggi.

Warna marmer: Apabila kurang kering, warna kopi akan nampak belang-belang seperti marmer. Warna marmer ini dapat juga terjadi apabila disimpan di tempat yang lembab.
Warna Pucat: Kopi yang disimpan terlalu lama (beberapa bulan) ditempat yang lembab menyebabkan biji tersebut akan berubah menjadi pucat, apalagi apabila biji masih kurang kering. Bila disimpan dalam bentuk kopi HS (masih dalam kulit tanduk/parchment), maka perubahan warna tersebut dapat diperkecil.
Warna kekuningan: Kopi yang terlalu lama dikeringkan akan menyebabkan biji kopi berwarna kekuning-kuningan, sebab biji tersebut sudah mendekati gosong. Warna kuning akan semakin menyolok apabila pengeringan berjalan perlahan-lahan dan temperaturnya rendah.
Warna abu-abu kusam: Kopi yang masih basah apabila langsung dipanaskan hingga 100°C tanpa walikan dan ventilasi yang baik, maka kopi itu sebenarnya bukan dikeringkan tetapi dikukus sehingga biji akan berwarna abu-abu dan kusam.

Warna kebiruan: Biji kopi yang dikeringkan terlalu cepat pada temperatur tinggi maka akan berwarna kebiru-biruan. Pada umumnya kopi semacam ini banyak mengandung biji yang lekuk-kecambahnya mengkeret ke dalam, sebab terlalu kering.
Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa kesalahan pada satu tahap pengolahan tidak hanya menimbulkan satu macam cacat, tetapi dapat menyebabkan cacat lain pada tahap pengolahan berikutnya. Kesalahan pada penyetelan pulper menyebabkan biji menjadi pecah atau luka yang selanjutnya bila dikeringkan maka biji yang pecah tersebut akan lebih cepat kering, sehingga bagian yang pecah akan berwarna cokelat hitam karena gosong, akibatnya selain pecah, biji-biji tersebut nampak tutul-tutul cokelat-hitam. Disamping itu apabila biji-biji pecah tersebut tidak segera dikeringkan maka bagian yang pecah akan ditumbuhi cendawan yang akhirnya menimbulkan tutul-tutul putih. Dengan demikian maka pengeringan harus dikontrol dengan baik, karena tahap pengeringan ini banyak menjadi sumber kesalahan.

Penulis: Sri Wijiastuti, penyuluh Pertania Madya.
Sumber: RANGKAIAN PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN BUDIDAYA & PENGOLAHAN KOPI DI INDONESIA oleh Ir. MUDRIG YAHMADI. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jatim.

# 7 Pemasaran Kopi

 
 
Kopi merupakan komoditas yang cukup penting dalam menghasilkan devisa bagi Indonesia. Sebagian besar kopi Indonesia masih diekspor dalam bentuk biji (green beans coffee), sedangkan produk hasil turunannya lebih banyak dipasarkan di dalam negeri. Pemasaran kopi secara internasional diatur oleh International Coffee Organization ((ICO) yang turut menentukan standar harga kopi dunia, maka dalam pemasarannya Indonesia terkendala dengan aturan ICO tersebut.
Pamasaran kopi dapat dilakukan dalam bentuk segar, produk olahan sekunder dan produk olahan akhir. Pada umumnya kopi diperdagangkan dalam bentuk kopi beras dengan kadar air 13%, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Pemasaran kopi dalam bentuk segar kemungkinan besar akan memberikan nilai tambah yang kecil bila dibandingkan dengan menjual produk olahan sekunder atau olahan akhir. Hasil penelitian terhadap berbagai produk pertanian dan perkebunan menunjukkan bahwa petani hanya mendapatkan margin keuntungan yang sedikit bila dibandingkan dengan pedagang atau pengusaha menengah/pengusaha besar skala industri yang menjual kopinya dalam bentuk produk olahan akhir dan atau diversifikasi produk dan di luar pasar retensi
Mata ratai pemasaran: kopi yang dihasilkan oleh petani yang dikenal sebagai kopi asalan pada umumnya belum memenuhi standar mutu kopi ekspor, kadar airnya masih tinggi yaitu berkisar antara 16-20%. Kopi asalan ini tidak langsung dijual kepada eksportir, tetapi di jual melalui pedagang perantara sebelum dijual ke eksportir. Mata rantai perdagangan kopi asalan ini pada umumnya cukup panjang, mulai dari pedagang keliling, pedagang lokal, pedagang besar dan eksportir. .
Rantai pemasaran kopi dari petani atau perkebunan dapat juga melalui berbagai jalur ke asosiasi petani kopi atau langsung ke pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul akan memasarkan kopi beras ke pedagang besar atau langsung ke eksportir dan perusahaan kopi bubuk. Syarat yang harus dipenuhi adalah kopi harus bermutu baik dan sudah disortasi sehingga memenuhi syarat mutu yang ditentukan.
Pengembangan produk: Dalam era perdagangan bebas sekarang ini produsen dituntut untuk mengembangkan kreativitas dalam menciptakan produk yang bermutu sehingga dapat diterima oleh konsumen.
Beberapa potensi produk yang dapat dikembangkan dalam upaya menigkatkan pemasaran kopi antara lain: Mengembangkan berbagai produk kopi dalam ragam kemasan, mengembangkan produk baru dengan campuran antara kopi dengan produk lain, misalnya susu, cokelat, kue, kembang gula, dodol dsb, mengembangkan segmen pasar yang baru baik untuk produk yang sudah beredar maupun untuk produk baru yang akan dikembangkan serta aliansi strategis dalam mengembangkan produk olahan kopi dengan berbagai perusahaan yang produknya dapat digabung dengan produk kopi, baik di dalam maupun di luar negeri (misal dengan industri minuman, industri makanan, industri essence dsb).
Syarat Mutu Biji Kopi
Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimal, syarat mutu bahan baku sebaiknya mengikuti nilai sebagai berikut.
Syarat penggolongan mutu kopi menurut SNI 01-2907-2008
No
Mutu
Persyaratan
1
2
3
4
5
6
7
Mutu 1
Mutu 2
Mutu 3
Mutu 4a
Mutu 4b
Mutu 5
Mutu 6
Jumlah nilai cacat maksimum 11*
Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 
Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 
Jumlah nilai cacat 151sampai dengan 255 
 
Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi mutu 4a dan 4b.
Spesifikasi Mutu Umum Biji Kopi Sebagai Bahan Baku Kopi Bubuk menurut  SNI 01-2907-2008
No
Kriteria mutu
Satuan
Syarat
1
2
3
 
4
5
6
7
 
Aroma dan citarasa
Serangga               
Biji berbau busuk atau berbau
kapang
Kadar air
Kadar kulit
Biji hitam
Ukuran biji
Kadar kotoran
-
-
-
 
%fraksi massa
%fraksi massa
%fraksi massa
-
%fraksi massa
Khas
Negatif
Negatif
 
Maks 12%
0
0
Seragam
Maks 0.5
 
Spesifikasi mutu tersebut merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi
klaim dari konsumen dan dalam memberikan  
umpan balik ke bagian pabrik dan bagian kebun.
Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumber:
1.    Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya &Pengolahan Kopi di
Indonesia Oleh Ir.Mudrig Yahmadi. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jatim.
Edisi Revisi. 2007
2.    Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan KOPI.
Direktorat pengolaha Hasil Pertanian. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
{ertanian Tahun 2010.
3.    Sumber: KOPI Budidaya & Penanganan Pasca Panen Edisi Revisi.  Oleh Ir. Sri Najiyati dan Ir. Danarti. 2004.

# 6 Pengolahan Kopi Bubuk





 
 
Pengolahan kopi beras menjadi kopi bubuk merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk kopi di tingkat petani, sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Proses pengolahan kopi bubuk meliputi persiapan bahan, penyangraian, blending (pencampuran), pengemasan dan penyimpanan.
Persiapan: Untuk memperoleh tingkat kematangan yang seragam, kopi beras disortasi berdasarkan ukurannya yaitu besar, sedang dan kecil, serta dipisahkan dari biji-biji pecah. Agar kopi bubuk mempunyai ciri khas tersendiri dan untuk meningkatkan daya jualnya, kopi dapat juga dicampur dengan jahe, kayu manis, pala, kapulaga atau rempah-rempah (kencur, temu lawak, kunyit, lengkuas, pegagan, pasak bumi, ginseng).

Untuk mendapatkan kopi yang seragam, dan konsisten, perlu dilakukan optimasi penyangraian untuk memperoleh tingkat pemanasan yang tepat yang dapat menghasilkan kopi bubuk sesuai dengan cita rasa yang diinginkan. Setelah didapat kondisi penyangraian dengan suhu dan waktu yang tepat, maka kodisi tersebut dapat dijadikan sebagai standar, sehingga akan mendapatkan mutu kopi yang seragam dan konsisten.
Penyangraian: Kopi arabika disangrai pada suhu 175° C sedangkan kopi robusta pada suhu 200°C. Setiap alat penyangrai mempunyai kapasitas tertentu, oleh karena itu setiap menyangrai harus diupayakan dalam jumlah yang sama. Produk kopi sangrai terdiri dari biji coklat tua, biji kopi coklat kehitaman dan biji kopi hitam berminyak.
Tingkat sangrai coklat tua ditandai dengan pecahnya biji yang disertai dengan suara pecahnya biji pertama. Setelah itu pengawasan penyangraian perlu diperketat sehingga terdengar suara pecahnya biji yang ke dua. Setelah terdegar suara pecahnya biji yang ke dua tersebut maka penyangraian dihentikan.

Tingkat sangrai coklat kehitaman dan hitam berminyak dapat diperoleh dengan mengecilkan pemanasan penyangrai setelah pecahnya biji yang ke dua, dan diamati terus sampai tingkat sangrai optimum yang diinginkan. Untuk tingkat sangrai ringan (warna cokelat muda) suhu diatur 190-195° C, untuk tingkat sangrai medium (warna cokelat agak gelap) suhu diatur 200-205° C dan untuk sangrai gelap (cokelat tua cenderung agak hitam) suhu diatur 205° C.
Pendinginan: Pendinginan dilakukan segera dengan cara menghembuskan udara ke dalam kopi sangrai. Setelah suhu kopi sangrai mencapai suhu ruang, masukkan ke dalam wadah tempering.
Tempering: Tahapan tempering adalah jedah waktu untuk menstabilkan cita rasa kopi. Pada tahap ini CO2 keluar secara perlahan dari biji kopi sangrai. Tempering dapat dilakukan dalam wadah bertutup selama kurang lebih 12 jam.
Blending: Blending dilakukan dengan mencampur jenis kopi yang berbeda untuk memperoleh citarasa khas yang dikehendaki produsen kopi bubuk. Untuk menghasilkan produk blending yang baik sebaiknya menggunakan 5 atau lebih bahan kopi dari beberapa daerah. Blending dapat dilakukan sebelum atau sesudah roasting tergantung karakteristik kopinya. Bila karakter mirip bisa dilakukan sebelum roasting dan bila karakter berbeda lebih baik dilakukan setelah roasting. Pengilingan kopi dapat dilakukan menjadi berbagai bentuk akhir seperti kopi tubruk (halus), kopi filter (agak kasar) dan espresso (agak kasar).

Pengemasan: Pengemasan berfungsi untuk perlindungan, fungsi penanganan dan fungsi pemasaran. Dengan pengemasan maka produk tetap bersih, tidak terkontaminasi, terlindung dari kerusakan , kadar air dan penyinaran. Dengan pengemasan akan mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang seuai dengan standar, mudah dalam penanganan, pengangkutan dan distribusi. Dengan pengemasan akan menampakkan identifikasi, informasi, daya tarik dan penampilan yang jelas sehingga dapat membantu promosi dan penjualan.
Dari jenisnya, kemasan dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu kemasan primer, kemasan sekunder dan kemasan tersier. Kemasan primer adalah kemasan yang berhubungan langsung dengan produk, ukurannya relatif kecil dan biasa disebut sebagai kemasan eceran. Kemasan sekunder adalah kemasan ke dua yang berisi sejumlah kemasan primer. Kemasan ini tidak kontak langsung dengan produk yang dikemas. Sedangkan kemasan tersier adalah kemasan yang banyak diperuntukkan sebagi kemasan transport.

Bahan yang paling baik untuk kemasan primer adalah aluminium foil, kaleng dan gelas karena mampu mencegah terjadinya kehilangan aroma kopi. Dalam pengemasan perlu label yang memuat nama produk, komposisi, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat produsen, keterangan tentang halal dan tanggal kadaluwarsa.
Penyimpanan: Produk akhir kopi bubuk harus disimpan terpisah dengan kopi beras, tidak boleh bercampur dengan bahan lain yang dapat mengkontaminasi serta terhindar dari kerusakan akibat serangga atau binatang mengerat seperti tikus. Ruang penyimpanan kopi bubuk sebaiknya mempunyai ventilasi yang baik, tidak lembab dan tidak terkena cahaya langsung matahari.

Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumber: Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan. KOPI. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. Tahun 2010.

# 5 Pengolahan Kopi Beras Cara Kering/O.I.B (Ost Indische Bereiding).

 
Kopi beras (Coffee beans) merupakan kopi yang sudah siap diperdagangkan, berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit ari. Pengolahan cara kering ini dsebaiknya dilakukan untuk buah kopi yang tidak dapat diolah cara basah, yaitu buah kopi yang masih belum masak dan kelewat masak, serta buah kopi cacat lainnya. Untuk buah kopi mutu baik dianjurkan diolah basah, kecuali tidak tersedia peralatan atau air yang mencukupi. Pada pengolahan kopi cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong). Pengolahan cara kering ini biasa dilakukan oleh pekebun kecil (rakyat) karena dapat dilakukan dengan peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah tangga tani.

Tahapan pengolahan kopi cara kering: Panen, sortasi buah, pengeringan, pengupasan, sortasi biji kering, pengemasan dan penyimpanan biji kopi.
Panen: Untuk mendapatkan kopi beras dengan kualitas yang baik (terutama untuk produk specialty coffee), kopi yang dipanen adalah kopi yang sudah masak penuh, yaitu sudah berwarna merah. Alat panen berupa karung atau keranjang bamboo yang bersih dan memadai. Hindari kerusakan pada buah dan kontaminasi oleh tanah dan bahan kotor lainnya.

Sortasi: Untuk dapat menghasilkan kopi dengan kualitas yang baik perlu dilakukan sortasi, yaitu untuk memisahkan buah matang dari buah muda dan kering atau yang jatuh di tanah. Untuk menghasilkan kopi dengan kualitas special hanya diperoleh dari buah yang matang saja.
Pengeringan: Pengeringan buah kopi dilakukan secepat mungkin untuk menghindari terjadinya perubahan kimia dan fermentasi yang dapat menurunkan kualitas kopi. Pengeringan dilakukan sampai kadar air kopi 12-13 %. Pengeringan yang baik dilakukan pada suhu 50-60 o
Cara pengeringan: Pengeringan alami dan pengeringan buatan.

Pengeringan Alami: menggunakan sinar matahari,dilakukan di tempat yang bersih , kering, permukaan lantai rata, dapat berupa lantai plester semen atau tanah telanjang yang telah diratakan dan dibersihkan. Ketebalan pengeringan 30-40 mm, terutama pada awal kegiatan pengeringan untuk menghindari terjadinya proses fermentasi. Panas yang timbul pada proses ini akan mengakibatkan perubahan warna dan buah menjadi masak. Buah kopi yang masih basah harus sering dibalik dengan blat penggaruk. Pengeringan dilakukan hingga kadar air sekitar 12 %. Lama pengeringan tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi, tingkat kematangan dan kadar air dalam buah kopi, biasanya proses pengeringan sekitar 3-4 minggu.

Pengeringan Buatan (Artificial drying): pengeringan buatan memiliki kelebihan yaitu dapat menghemat biaya dan tenaga kerja, namun perlu diperhatikan pengaturan suhunya. Pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu rendah yaitu 55 o C agar dihasilkan buah kopi yang berwarna merah dan tidak terlalu keras. Untuk buah kopi kering dengan kadar air rendah dikeringkan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak terjadi perubahan rasa.
Alat yang digunakan untuk proses pengeringan: Mesin pengering static dengan alat penggaruk mekanik, mesin pengering dari drum yang berputar dan mesin pengering vertikal.
Pengupasan (hulling): Pengupasan hanya dapat dilakukan terhadap buah kopi atau kopi Hs yang cukup kering. Buah kopi kering digiling dengan mesin huller sehingga biji kopi terpisah dari kulit tanduk dan kulit arinya, dan mendapatkan biji kopi pasar (kopi beras). Penggilingan sebaiknya menggunakan mesin-mesin yang ada di pasaran atau ditumbuk.

Sortasi kopi beras: Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi beras utuh dari biji pecah dan biji cacat, dan dipisahkan juga dari benda asing seperti serpihan daun, ranting, kerikil atau kulit kopi. Selain itu dilakukan juga sortasi ukuran yang dilakukan dengan ayakan mekanis maupun manual. Untuk memenuhi standard konsumsi, sortasi ini dapat mengacu pada ketentuan SNI 01-2907-1999.
Pengemasan: Kemasan biji kopi dapat menggunakan karung yang bersih dan baik, tidak ada bau asing dan diberi label sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-1999. Label minimal menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen , berat, dan jenis kopi. Pelabelan harus nenggunakan pelarut non minyak.

Penyimpanan: Kopi beras dapat disimpan selama 3 (tiga ) bulan setelah cukup kering (kadar air ≤12%). Penyimpanan kopi dapat secara curah atau dalam karung, dalam ruang simpan yang tidak lembab, aerasi baik, bersih dan bebas dari bahan yang berbau asing dan hama gudang. Penyusunan kopi dalam gudang harus menggunakan palet (landasan kayu)dengan jarak 10 cm dari lantai, 60 cm dari dinding dan 60 cm antar tumpukan. Gudang harus setiap bulan dijaga kebersihannya, kelembabannya dan keamanannya terhadap organisme pengganggu. Selama penyimpanan dilakukan pengawasan mutu biji kopi secara periodik meliputi kadar air, serangan hama dan jamur. Kelembaban gudang disarankan 70%.

Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumber: Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan. KOPI. Direktorat Pengolahan Hasil . Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Tahun 2010.

# 4 Pemangkasan Batang Kopi



Pemangkasan pada batang dan cabang bertujuan agar tanaman kopi tidak terlalu tinggi , tidak
terlalu rimbun dan teratur, sehingga tidak mudah terserang penyakit, buah yang
dihasilkan lebih banyak dan mudah dalam melakukan pemanenan.
Pemangkasan
dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan setelah pemupukan, menggunakan
gergaji untuk memangkas batang yang cukup besar dan gunting pangkas untuk
memangkas batang atau cabang yang agak kecil.
Tahap  pemangkasan kopi:  pemangkasan pembentukan tajuk, pemangkasan
pemeliharaan/pemangkasan produksi, pemangkasan cabang primer dan pemangkasan
peremajaan.
Pemangkasan pembentukan tajuk:  dapat dibedakan menjadi pemangkasan untuk
membentuk tajuk berbatang tunggal dan tajuk berbatang ganda.
Pemangkasan
tajuk berbatang tunggal:  Hanya satu
batang saja yang dibiarkan tumbuh dan membentuk cabang primer  Pemangkasan ini banyak dilakukan oleh
perusahaan besar. 
Pemangkasan
tajuk berbatang ganda:  Banyak dilakukan
oleh rakyat pada tanaman kopi robusta yang diusahakan di dataran rendah.  Dengan pemangkasan ini akan terbentuk satu
tungggul  (batang utama) yang menyangga
beberapa cabang reproduksi. 
Pemangkasan pemeliharaan (pemangkasan
produksi): 
Bertujuan untuk
membuang cabang yang tidak dikehendaki, cabang yang sakit, dan cabang yang tdak
produktif.  Pemangkasan pemeliharaan ini
dibedakan menjadi pemangkasan berat dan pemangkasan ringan (wiwilan). 
Pemangkasan
berat dilakukan terhadap wiwilan cabang primer yang sudah tua dan tidak produktif,
cabang primer dan bagian lain yang yang terserang hama penyakit, cabang cacing,
cabang balik, cabang liar serta daun-daun dan cabang mongering.  Pemangkasan ini dilakukan setelah panen dan
diulangi lagi setiap tiga builan sekali. 
Pemangkasan
ringan (wiwilan) dilakukan untuk membuang wiwilan yang tidak dikehendaki
menggunakan tangan,  dilakukan sebulan
sekali pada musim kemarau dan dua bulan sekali pada musim hujan. 
Pemangkasan cabang primer: Bertujuan
untuk merangsang terbentuknya cabang sekunder dan mencegah pertumbuhan cabang
primer yang terlalu panjang, sehingga dapat menghasilkan buah yang banyak dan
kontinyu. 
Cara
pemangkasan cabang primer: Dilakukan dengan system kapstok dan system
seleksi.  Sistem kapstok umumnya hanya
dilakukan untuk tanaman berbatang tunggal, sedangkan system seleksi dapat untuk
tanaman berbatang tunggal maupun ganda.
Pemangkasan peremajaan:  Dilakukan terhadap tanaman yang sudah tua dan
tidak produktif (produk kurang dari 400 kg/ha/th dan bentuk tajuk sudah tidak
menentu.   Pemangkasan ini bertujuan untuk mengganti
tajuk tanaman lama dengan tajuk baru yang masih muda dan produktif.  Peremajaan dilakukan setelah panen raya atau
pada akhir musim kemarau mejelang musim hujan.
Sekitar dua minggu sebelum pemangkasan harus diberi pupuk agar batang
baru tumbuh sempurna.
Pelaksanaan
peremajaan:  Peremajaan dapat dilakukan
terhadap seluruh tanaman di kebun atau tanaman tertentu saja.  Peremajaan menyeluruh dilakukan apabila
minimum 50% tanaman di kebun sudah 
rusak atau tua.  Peremajaan
menyeluruh ini dapat dilakukan secara serentak atau secara bertahap.  Apabila dilakukan secara bertahap, maka
peremajaan tahap pertama dilakukan terhadap 50% tanaman yang tua dan tahap
kedua  dilakukan terhadap sisanya pada
tahun berikutnya.
Metode pemangkasan
peremajaan:  terdapat dua cara yaitu
pemangkasan batang dan pemangkasan cabang.
Cara pemangkasan
peremajaan pada batang:  1) bumbun
tanaman setinggi 30-40  cm sebelum
dipangkas agar bagian bawah tidak tumbuh wiwilan.; 2)pangkas batang  5 cm di atas bumbunan. Namun bila peremajaan
hanya selektif, maka pangkas batang pada ketinggian sekitar 100 cm agar tinggi
tanaman dapat menyamai tanaman yang lain; 3) wiwilan yang dibiarkan tumbuh
hanya sekitar 3 wiwilan yang tumbuhnya berhadapan , letaknya paling atas, dan
paling kuat. Untuk membentuk tanaman berbatang tunggal, pelihara satu wiwilan,
sedangkan untuk membentuk tanaman berbatang ganda, pelihara 2 wiwilan; 4)
sambung wiwilan yang dipelihara dengan klon kopi lain yang lebih unggul atau
dibiarkan tumbuh agar menjadi batang baru yang lebih muda.   
Pemangkasan
peremajaan pada cabang (siwingan):1)pangkas seluruh cabang primer pada satu
sisi hingga ke pangkal, dan cabang yang masih tersisa dibiarkan berbuah2) Pada
sisi tanaman yang dipangkas akan tumbuh wiwilan baru, pilihlah 1-2 wiwilan yang
terbaik yang terletak pada ketinggian 30-40 cm;3) Setelah buah pada cabang
primer dipanen, pangks batang primer 5 cm di atas wiwilan yang dipelihara.
Wiwilan yang tumbuh setelah pemangkasan harus segera dipangkas lagi; 4) wiwilan
yang dipelihara dapat disambung dengan klon kopi lain yang lebih unggul atau
dibiarkan tumbuh menjadi batang baru yang lebih muda.
Oleh : Sri
Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya
Sumber: KOPI, BUDIDAYA & PENANGANAN PASCA
PANEN. Oleh Ir. Sri Najiyati dan  Ir.
Danarti. 2004.

# 3 Pemupukan Kopi

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah. Tanaman yang kekurangan salah satu unsur hara akan menunjukkan gejala yang merugikan seperti kurus, daun menguning, sulit berbuah, dan sebagainya sehingga harus ditambahkan unsur hara ke dalam tanah, baik berasal dari pupuk buatan maupun pupuk organik.

Pupuk buatan: Pemupukan harus dilaksanakan dengan tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat cara pemberiannya. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu pada awal dan akhir musim penghujan. Bila dilakukan dalam musim kemarau, setelah pemupukan tanaman harus disiram sehingga pupuk larut dalam air dan mudah diserap tanaman. Selain itu penyiraman juga dapat meningkatkan jumlah air yang bisa diserap tanaman sehingga hara yang terserap juga semakin banyak.

Pemupukan pada tahun pertama: Setiap tanaman dipupuk 2 kali , masing-masing dengan urea sebanyak 25 g, SP-36 25 g dan KCl 20 g.
Pemupukan pada tahun ke dua: Setiap tanaman dipupuk 2 kali masing-masing dengan Urea sebanyak 150 g, SP-36 sebanyak 50 g dan KCl sebanyak 40 g
Pemupukan tahun ke tiga: Setiap tanaman dipupuk 2 kali masing-masing dengan Urea sebanyak 75 g, SP-36 sebanyak 70 g dan KCl sebanyak 40 g
Pemupukan tahun ke empat: Setiap tanaman dipupuk 2 kali masing-masing dengan Urea sebanyak 100 g, SP-36 sebanyak 90 g dan KCl sebanyak 40 g
Pemupukan tahun ke 5-10; Setiap tanaman dipupuk 2 kali masing-masing dengan Urea sebanyak 150 g, SP-36 sebanyak 130 g dan KCl sebanyak 60 g
Pemupukan pada tahun ke 10 dan seterusnya: Setiap tanaman dipupuk 2 kali masing-masing dengan Urea sebanyak 200 g, SP-36 sebanyak 175 g dan KCl sebanyak 80 g.

Cara Pemberian Pupuk: Buat lubang kecil sedalam 2-5 cm mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, masukkan pupuk ke dalam lubang, dan tutup dengan tanah dan padatkan agar pupuk tidak menguap.
Pupuk majemuk berbentuk tablet yang mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium, dapat diberikan untuk menggantikan urea, SP-36 dan KCl, dan cukup berikan sekali dalam setahun karena pupuk tersebut tidak mudah larut dalam air.

Pupuk organik: Pupuk organik dapat berupa mulsa yang berasal dari daun-daun, serasah sekitar tanman kopi, rumput hasil penyiangan, bahan hasil pemangkasan pohon pelindung dan tanaman penutup tanah, serta daging buah kopi yang sudah mengering.

Pemberian Mulsa: Selain menambah unsur hara, mulsa juga berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, melindungi tanaman dari kekeringan di musim kemarau, dan mencegah tumbuhnya gulma di sekitar tanaman.
Cara pemberian mulsa: diberikan pada awal dan akhir musim hujan dengan cara ditumpuk di sekitar batang kopi setebal 15 cm. Lebar tanah yang diberi mulsa sama dengan lebar lingkaran parit untuk pupuk buatan.
Cara pemberian pupuk kandang: Pupuk kandang atau kompos diberikan sebanyak 20-40 liter /tanaman, tergantung umur tanaman. Pupuk kandang atau kompos diberikan diberikan 1-2 tahun sekali pada awal musim penghujan, bersamaan dengan pemberian pupuk buatan.

Selain diberi pupuk kandang dan mulsa, tanaman kopi juga dapat diberi pupuk dari daun-daun bekas pangkasan tanaman pelindung dan tanaman penutup tanah. Daun-daun bekas pangkasan dan penutup tanah dapat langsung dipendam dalam parit-parit yang dibuat di luar perakaran tanaman kopi, atau dibuat kompos terlebih dahulu.
Pada tanah yang sangat masam (pH kurang dari 4.5) pemberian pupuk kandang perlu ditambah dengan pemberiian kapur sebanyak ¼ - 2/3 kg per tanaman, diberikan sekali dalam 2-4 tahun.
Oleh: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.

Sumbrer:
1. KOPI, BUDIDAYA & PENANGANAN PASCA PANEN. Oleh Ir. Sri Najiyati dan Ir. Danarti. 2004.
2. Pedoman teknis Pengembangan Komoditi Kopi Robusta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkwbunan. 2006.

# 2 Penanaman Kopi

 
Penanaman kopi dilakukan pada awal musim penghujan atau pertengahan bulan November-Desember. Bila dilakukan pada musim kemarau maka harus sering disiram agar tidak layu.
Persiapan lahan:
Pada lahan bukaan baru: 1) Lakukan land charing (penebangan pohon beserta tanggulnya) 2-3.5 tahun sebelum ditanam; 2) Olah tanah secara hati-hati agar lapisan humus tidak hilang dan rusak; 3) Bila lahan terlalu miring, disarankan untuk membuat teras untuk menahan erosi; 4) Buat saluran drainase dan Jalan (bila kebun luas); 5) Tanaman pelindung ditanam 2-3 tahun sebelum tanam; 6) Lakukan penanaman tanaman penutup tanah pada musim penghujan untuk mencegah erosi dan tumbuhnya gulma serta menambah bahan organic; 7) Lakukan land charing dan penanaman pohon pelindung setahun sebelum penanaman kopi.

Pada bekas tanaman perkebunan: 1)Bersihkan tanah dari pohon-pohon dan sisanya 1.5-3 tahun sebelum kopi ditanam; 2)Lakukan pengolahan tanah dan perbaiki teras, jalan serta saluran drainase yang rusak.3)Tanami lahan dengan tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung.
Pada bekas tanaman kopi: 1) Tebang seluruh tanaman kopi dan tanggulnya, bila sebelumnya tanaman kopi pernah diserang nematode maka pembongkaran dilakukan hingga ke akarnya; 2) Perbaiki teras, jalan dan saluran drainase yang rusak; 3) Pangkas tanaman pelindung agar cepat tumbuh, namun bila sudah tidak tumbuh dengan baik, tanaman pelindung sebaiknya diganti dengan yang baru; 4)Ganti tanaman penutup tanah yang sudah rusak; 5) Tanam tanaman kopi bila pohon pelindung sudah cukup rindang, namun bila sebelumnya ada tanaman yang terserang nematode maka penanaman dilakukan sekurang-kurangnya setahun setelah peanebangan tanaman kopi lama.

Pembuatan lubang tanam: dilakukan 3-6 bulan sebelum tanam. Jarak tanam 2.5x2.5 m untuk kopi arabika atau 2.75x2.75m untuk kopi robusta. Namun semakin tinggi tempat, jarak tanam semakin renggang, dan semakin rendah tempat, jarak tanam semakin rapat. Letak tanaman antar baris dapat diatur secara berurutan sehingga membentuk bujur sangkar, atau secara zigzag sehingga membentuk segitiga.
Tahap pembuatan lubang tanam: Gali lubang tanam 3-6 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang tanam 60cmx60cmx60 cm atau 75cmx75cmx75cm. Tanah galian bagian atas diletakkan disebelah kanan dan tanah bagian bawah diletakkan di sebelah kiri . Dua bulan sebelum tanam campur tanah galian dengan 200 g belerang dan 200 g kapur pertanian. Sekitar 0.5-1 bulan sebelum tanam, masukkan tanah galian bawah ke dalam lubang. Tanah bagian atas dicampur dengan 20 liter pupuk kandang/kompos, lalu masukkan ke dalam lubang. Beri ajir pada tengah lubang yang telah ditutup untuk mempermudah pada saat menanam.

Teknik Penanaman:
Tahap penanaman: Gali lubang tanam dengan ukuran sesuai ukuran akar bibit; Lepas polybag, potong akar tunggang hingga 25-30 cm; Potong daun, sisakan- ¼-1/3 bagian untuk mengurangi penguapan; Masukkan bibit ke dalam lubang hingga batas leher akar; Tutup lubang dengan tanah sampai agak menggunung; Tanah disiram air, bila perlu tanaman diberi pengapit agar tidak mudah goyah.
Penyulaman: Tanaman yang mati harus segera disulam dengan bibit yang baru yang telah disediakan sebelumnya. Cara memindahkan bibit sulaman dengan cara puteran agar tumbuhnya lebih cepat. Setelah tanaman berumur 6 bulan, penyulaman dihentikan sementara. Selanjutnya penyulaman dilakukan setiap awal musim hujan, hingga kebun penuh dengan tanaman kopi. Tanaman sulaman harus dipelihara dengan intensif agar pertumbuhan tanaman sulaman dapat menyamai pertumbuhan tanaman lainnya.
Cara menghitung banyaknya tanaman maksimum per hektar=10.000m2/2.5mx2.5m=1.600 tanaman /ha
Cara menghitung banyaknya bibit yang diperlukan =banyaknya tanaman+sulaman
Sulaman = 0.25xbanyaknya tanaman.

Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumber: KOPI. BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN. Edisi revisi. Oleh: Ir. Sri Najiyati dan Ir. Danarti.. 2004.

# 1 Pengelolaan Penyakit Kopi

 
Penyakit karat daun ( Penyakit HV): Terutama menyerang kopi arabika pada dataran rendah, disebabkan oleh Cendawan Hemileleia vastatrix,.
Gejala: Bercak-bercak kuning muda pada daun yang berubah menjadi kuning tua dan tertutup oleh tepung spora, terutama di permukaan daun sebelah bawah. Makin lama bercak membesar dan menyatu, lalu mengering. Pada serangan berat seluruh pohon tampak kekuningan, lalu daun gugur, dan pohon mati.

Pengendalian: Tanaman yang terserang parah disemprot dengan Anvil 6650 EC, Beyleton 250 EC dan Benlate, kemudian ditebang dan dibakar. Untuk pencegahan, semprotlah tanaman dengan fungisida tersebut pada setiap menjelang musim hujan, sekali dalam tiga minggu.
Penyakit jamur upas: Disebabkan oleh Cendawan salmonicolor, terutama menyerang bagian tanaman yang lembab seperti bagian bawah cabang dan ranting.
Gejala: Ada millennium tipis berserabut seperti sarang laba-laba, kemudian millennium membentuk bintil dan berubah menjadi kemerahan. Serangan yamg berlanjut menyebabkan tanaman mengering, daun layu dan menggantung pada ranting.

Pengendalian: Kurangi kelembaban dengan mengurangi naungan; Olesi fungisida bubur Bordeaux atau Carnolineum 5 % pada bagian yang terserang; Musnahkan/bakar cabang dan ranting yang terserang,
Penyakit Akar hitam dan Akar Cokelat. Penyakit akar hitam disebabkan oleh Cendawan Rosellina bunodes dan R. arcuata, sedangkan Penyakit akar cokelat disebabkan oleh Cendawan Fomes
Gejala penyakit akar hitam dan akar cokelat: Daun menguning, layu, dan menggantung, kemudian berguguran dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian penyakit akar hitam dan akar cokelat: Bongkar pohon kopi hingga akarnya lalu dibakar; Beri tepung belerang 200 g pada lobang bekas bongkaran yang dimasukkan ke dalam tanah, lalu diaduk dan lubang jangan ditanami selama satu tahun; Perbaiki drainase sehingga air tidak menggenang; Isolasi tanaman yang terserang dengan membuat parit sedalam 1 m mengelilingi daerah tanaman yang terserang.

Penyakit Becak Cokelat pada daun: disebabkan oleh Cendawan Cercospora cafeicola Berk et Cooke
Gejala: Ada bercak cokelat berbentuk lingkaran pada daun , berwarna putih di tengah dan merah di pinggirnya. Bila menyerang buah, maka buah berwarna hitam , mengeriput, rontok sebelum waktunya. Kulit buah mengeras.
Pengendalian: kurangi kelembaban kebun dengan mengurangi naungan, pangkas bagian tanaman kopi yang tidak produktif, penjarangan bibit, perbaiki drainase, pangkas dan bakar bagian tanaman yang terserang, semprot dengan fungisida Benlate, Benlate T20/20 WP dan Dithane M-45 80 WP dengan dosis sesuai anjuran.
Penyakit Mati Ujung: Disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia
Gejala: Daun pada ranting yang terserang akan menguning dan gugur, kemudian ranting mati dimulai dari bagian ujung.

Pengendalian: Pangkas ranting yang terserang (pemangkasan dilakukan pada bagian ranting yang masih sehat), kemudian hasil pangkasan dibakar atau dikubur; Semprot seluruh tanaman dengan fungisida.
Penyakit Embun Jelaga: Disebabkan oleh cendawan Root-down
Gejala: Cendawan menyerang tanaman ang banyak dikerumuni kutu dompolan atau kutu hijau. Daun yang terserang akan tertutup lapisan hitam seperti jelaga.

Pengendalian: Daun dilap dengan kain bersih hingga warna hitam menghilang.
Penyakit Bercak Hitam pada Buah: Disebabkan oleh cendawan Cephaleuros coffea.
Gejala: Kulit buah yang belum matang timbul bercak-bercak hitam yang kemudian melebar hingga seluruh kulit buah mengering dan berwarna hitam. Pada bercak kemudian tumbuh rambut halus yang ujungnya terdapat butiran spora berwarna merah.
Pengendalian: Semprot dengan fungisida bila buah di kebun masih sangat muda, namun bila buah sudah tua sebaiknya dipetik saja kemudian direbus untuk diolah secara kering, dan bakar buah yang terserang.

Oleh Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumbrer: KOPI, BUDIDAYA & PENANGANAN PASCA PANEN. Oleh Ir. Sri Najiyati dan Ir. Danarti. 2004.

# Jenis Kopi

Ada beberapa golongan kopi, namun yang sering dibudidayakan hanya kopi arabika, kopi robusta dan liberika.
Kopi Arabika (Coffea Arabica): Berasal dari Etiopia dan Abessinia, merupakan jenis kopi yang pertama dikenal dan dibudayakan, bahkan paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke 19. Setelah abad ke 19, dominasi kopi arabika menurun karena sangat peka terhadap penyakit HV, terutama di dataran rendah.

# Seputar Kopi


Siapa yang tak kenal kopi?, minuman beraroma khas ini dikonsumsi banyak kalangan, dari masyarakat pedalaman hingga para eksekutif kelas atas. Kopi juga dipercaya sebagai penghilang rasa kantuk dan mampu memperbaiki daya ingat. Benarkah ?, berikut ini beberapa mitos yang berkembang di masyarakat.